Bupati Anas Berikan Red and White Jersey pada Cyclist Tua Saat Awarding ITdBI 2016
Kamis, 12 Mei 2016
BANYUWANGI – International Tour de Banyuwangi Ijen (ITDBI) memiliki magnet tersendiri bagi sejumlah orang. Tak terkecuali, seorang cyclist tua, Aris Widodo (78) yang mengayuh sepedanya dari Pacitan menuju Banyuwangi hanya untuk menonton kejuaraan balap sepeda yang telah digelar kali kelima ini. Saat awarding etape 2 ITdBI 2016 di Taman Blambangan, Kamis siang (12/5), Aris didaulat naik podium oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Lelaki keturunan Tionghoa tersebut tampak kaget saat namanya disebut dan diminta naik ke panggung. Bergegas dia memenuhi panggilan itu. Anas memberikan red and white jersey dan langsung dipakaikannya kepada Aris. "Pak Aris ini hebat. Meski pun sudah tua, semangat juangnya tetap berkobar. Ini jadi contoh yang baik bagi generasi muda,” tandas Anas.
Anas dibuat salut dengan semangat yang dimiliki Aris untuk datang ke Banyuwangi yang ditempuh dengan mengendarai sepeda pancal selama seminggu. "Saya kagum dengan Bapak, mengayuh sepeda seminggu hanya untuk menyaksikan ITdBI. Terima kasih Bapak, ini bagi kami adalah suntikan motivasi," ujar Anas.
Aris pun menuturkan niatnya untuk melihat ITdBI. Saya tahu tentang balap sepeda ini dari koran yang saya baca. Tiba-tiba muncul keinginan kuat saya untuk bisa ke Banyuwangi. Ya, tentu saja saya pergi kesini dengan naik sepeda kesayangan saya ini,” kata Aris sambil mengelus sepedanya yang dipasangi bendera merah putih di bagian boncengannya.
Bagi dia, balap sepeda ITdBI ini dirasanya cukup prestisius. “Disitu berkumpul banyak orang yang cinta pada olahraga bersepeda. Saya merasakan kecintaan yang sama dengan mereka. Meski pun sekarang saya sudah tidak muda lagi, rasanya pengen ikut naik ke Gunung Ijen sambil bersepeda bareng pembalap-pembalap itu,” kata Aris bersemangat.
Aris mengaku, sepeda berwarna merah yang menjadi tunggangan setianya tersebut diberi oleh seorang rekannya 23 tahun yang lalu. Hingga kini kondisinya masih nyaman dipakai dan Arif pun benar-benar merawatnya dengan baik. “Sejak dihadiahkan pada saya tahun 1993 sampai sekarang, sepeda ini baru 5 kali pecah ban. Padahal saya sudah membawanya melintasi banyak negara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand,”kata Aris yang tinggal di Desa Krajan, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan tersebut.
Seolah tak ingin dianggap sekedar mengarang-ngarang cerita, Arif pun mengambil album foto kecil di tas pinggangnya yang selalu dibawanya kemana-mana. Album tersebut berisi foto kenangannya ketika mengunjungi beberapa negara. Dia selalu menyempatkan diri untuk berfoto bersama sepedanya dengan background ikon negara atau daerah yang didatanginya. Selain fotonya di luar negeri, Aris juga meletakkan foto anak, istri dan cucu-cucunya. “Anak-anak saya sangat mensupport dan mengizinkan saya untuk bersepeda kemana pun. Mereka sangat memahami hobby saya. Apalagi 100 hari yang lalu istri saya baru saja meninggal. Jadi ini sekaligus untuk menghibur hati saya,” ujar Aris sedikit berkaca-kaca.
Saat ditanya alasannya memilih berkeliling menggunakan sepeda, Aris mengaku bahwa hidup hanya sekali dan dia ingin belajar mengetahui banyak hal. "Hidup kita itu cuma sekali. Tidak baik kalau kita hanya di rumah. Karena itu wawasan kita harus dibuka, salah satunya ya dengan bersepeda keliling Indonesia bahkan sampai keluar negeri untuk belajar banyak hal," kata lelaki yang mengaku hanya bersekolah sampai kelas tiga SD tersebut.
Selama di Banyuwangi, menurut Aris dirinya bisa tidur di mana saja. “Saya tidak membawa banyak uang sebagai bekal ke Banyuwangi. Biasanya ada saja orang yang membantu. Sedangkan untuk menginap, saya biasa tidur di areal Pom Bensin atau kantor Koramil,” kata pria yang punya usaha warung kecil di rumahnya ini. (Humas)