Bupati Jawab Langsung Keluhan Warga Miskin

Rabu, 1 Juni 2011


BANYUWANGI- Guna melihat dari dekat keberhasilan program-program pemerintah yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan telah sampai kepada masyarakat, Bupati Abdullah Azwar Anas, Selasa (31/5) berdialog langsung dengan warga penerima bantuan plesterisasi dan penerima bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sekaligus, acara tersebut untuk shooting Gesah Banyuwangi oleh JTV, yang akan ditayangkan sebagai tayangan tunda program nasional JTV selama 60 menit.

Sekitar pukul 15.30 WIB acara yang digelar di Gasebo Rumah adat Using, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi dimulai. Selain dipandu host Mamiek Basuni, dalam acara tersebut Bupati Anas, bisa langsung bertanya kepada masyarakat tentang kucuran KUR atau bantuan yang diberikan pemerintah.

Salah satunya, kepada Bu Salam warga Karangagung, Kelurahan Singotrunan yang mendapat bantuan plesterisasi. Dalam kesempatan tersebut, dia mengaku senang dan berterima kasih kepada pemerintah, berkat pemerintah sekarang rumahnya sudah bagus dan tidak ada tikus. Bu Salam juga berkeluh kesah kepada Bupati, bagaimana bisa mendapatkan modal. Karena, saat ini dia ingin berjualan tapi tidak punya modal. Menjawab keluhan warganya tersebut, Bupati menjelaskan, untuk bantuan modal, nantinya akan disurvey sesuai program pemerintah baik dalam bentuk Bantuan Sosial atau program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.

Selain Bu Salam, ada Badrul Umam, warga Kelurahan Pakis, yang mengaku sukses memperbesar bengkel lasnya berkat bantuan modal KUR yang juga merupakan program pemerintah. Menurut Badrul, dia mendapatkan pinjaman KUR sudah dua kali. Dan itu digunakan untuk pengembangan usahanya, yang sekarang telah maju pesat. “Berkat modal KUR saya saat bisa memiliki tiga karyawan dan memperbesar usaha saya. Terima kasih Pak,”katanya kepada Bupati. Sementara itu, Pak Jono dari Karangrejo juga menyampaikan rasa terimakasihnya yang dalam kepada Bupati, karena telah mendapatkan bantuan.

Usai berdialog dengan masyarakat, Bupati Anas juga menjawab sekaligus menjelaskan secara gamblang pertanyaan yang diajukan Mamiek. Misalnya, pertanyaan Mengapa dipilih program peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya pengentasan kemiskinan sebagai program awal sejak menjabat sebagai Bupati Banyuwangi ? Bupati menjawab, salah satu problem yang paling banyak muncul adalah masalah kemiskinan. Dijelaskan Bupati, ada target dan ukuran keberhasilan Pemkab selain IPM adalah sejauh mana Pemkab bisa menanggulangi penduduk miskin. Memang program ini menjadi pekerjaan yang kurang populer.Karena yang lebih populer adalah program membangun jalan dan sesuatu yang sifatnya fisik. Oleh karenanya, program ini diharapkan bisa tumbuh dan berhasil, tentu saja dengan melibatkan semua dinas dan stakeholder yang punya nomenclature untuk pengentasan kemiskinan. “Program ini akan tercapai dengan baik jika sinergi dengan seluruh dinas berjalan dengan baik. Pertanyaannya adalah apakah sinergi dengan dinas-dinas sudah berjalan dengan baik? Inilah yang  sedang diupayakan secara  terus menerus  tanpa mengenal lelah supaya program pengentasan kemiskinan ini bisa berhasil,” urai Bupati Anas.

Ada lagi pertanyaan, apakah ada hal khusus yang ingin Bapak berikan untuk masyarakat Banyuwangi? Kemiskinan ini banyak ragam, kata Bupati Anas, dimana penyebab kemiskinan antara satu daerah dengan daerah lain berbeda. Tetapi setidaknya yang kita lihat disini selain karena budaya dan lapangan pekerjaan, secara terukur kita interfensi adalah terkait dengan modal. “Mbok Yem, Mbok Nah dan Yu Tun itu sudah bertahun-tahun punya pekerjaan, tapi mereka tidak bisa melakukan ekspansi pasar dan meningkatkan  kapasitas. Mereka butuh pinjaman modal sementara mereka tidak punya agunan. Karena itu dilakukan kerjasama dengan para stakeholder termasuk perbankan, sehingga dengan upaya sistematis ini  ke depan progressnya membaik. Dalam 4 bulan kedepan akan dilihat trend-nya. Kalau trend pertumbuhan dan capaian pencairan kredit ini berhasil, maka kedepan akan menjadi pemicu untuk menyiapkan lapangan pekerjaan disatu sisi, dan mengurangi jumlah penduduk miskin di sisi lain,” jlentreh Bupati secara gamblang.

"Sebenarnya program-program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemkab apa saja," tanya Mamiek? Kita mengacu pada  4 cluster yang  ada, lanjut Bupati Anas,  yaitu pemberdayaan, memberi kail, memberi ikan dan memberi perahu. Nomenclature ( tatanama ) ini sudah umum, tinggal bisa diwujudkan menjadi  program profit atau tidak. Pilihan-pilihan ini tentu butuh konsentrasi tertentu. Dalam triwulan awal ini, Pemkab lebih berkonsentrasi pada program KUR. Program untuk cluster 1 seperti bantuan sosial , bantuan untuk pemilikan rumah dan plesterisasi juga tetap jalan. Saat ini juga tengah dilakukan test case, efektifitasnya yang mana yang lebih dahsyat. Saya ingin mengukur dan  mendorong munculnya pemrakarsa baru dilapis bawah, karena tangan kami tidak cukup. Contohnya jika mengandalkan jatah dari APBD mengurangi penduduk miskin angkanya terbatas, tapi kalau kepala desa atau camat mengimprove desanya dengan cara memobilisasi dana dari zakat, infaq dan shodaqoh yang kemudian dikonsolidasikan untuk mengurangi penduduk miskin sesuai dengan pendekatan clusternya, saya kira akan cepat. Caranya, saya sudah sampaikan kepada kepala desa kedepan kita sedang rumuskan reward apa saja yang bisa kita berikan kepada kepala desa yang bisa mengurangi penduduk miskin. Kedepan ingin kita combine, pembangunan jalan tetap berlanjut dan upaya mengurangi penduduk miskin juga menjadi bagian dari motivasi bagi kepala desa untuk mendapatkan reward.

"Mengenai KUR tanpa agunan, sudah sejauh mana penerapan program ini," tanya pembawa acara yang akrab disapa Mbok Mamiek ini? KUR setidaknya, kata Bupati Anas, sudah kami jalankan. Kami punya political will dan good will untuk menjalankan KUR ini. Ada banyak yang menanyakan pada saya, ini kan program pemerintah pusat? Justru inilah program nasional yang harus kita create sesuai peta kebutuhan kita masing-masing. Di lapangan kita butuh instrumen yang membantu sektor perbankan maka kita butuh kerjasama dengan kepala desa. Dalam dua bulan ini sudah 2 ribu orang lebih yang menerima KUR, harapan saya progressnya terus naik. Sehingga kedepan akan ada hasil yang menggembirakan. Disana-sini masih banyak kendala, tapi secara bertahap tim evaluasi akan menyempurnakan problem-problem yang muncul di lapangan.

Pertanyaan lain, disini ada beberapa orang warga yang mendapatkan langsung program pengentasan kemiskinan.Ada yang rumahnya sudah diplesterisasi dan ada yang sudah mendapatkan Program KUR tanpa agunan. Tapi kendala di lapangan ternyata tidak semudah itu, karena program KUR sendiri banyak yang diarahkan ke koperasi desa?

Ini tentu menjadi bahan  evaluasi, kata Bupati, intinya kita sudah bekerja dan bergerak. Saya minta kepada tim ekonomi kita dan dinas-dinas terkait untuk mencatat kendala-kendala di lapangan. Dan sekaligus kami ingin melatih dengan cara bergabung dengan  rekan-rekan Perbankan. Seluruh batu sandungan dan masalah di lapangan secara bertahap akan menjadi pelajaran sekaligus menjadi solusi untuk memecahkan masalah di masa mendatang.

Apa indikatornya orang dikatakan miskin sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan Pak? Dengan jelas, Bupati Anas menyebutkan, indikatornya ada 14 yang akan menentukan apakah mereka layak mendapatkan bantuan atau tidak. Harapan kedepan, bagi mereka yang mampu, hendaknya tidak mengambil hak rakyat miskin, sehingga pemerataan bagi masyarakat miskin kedepannya bisa dilaksanakan. Saya ingin supaya Pemerintah Pusat juga perlu memberikan indikator baru bahwa bantuan diberikan bukan hanya bagi daerah yang penduduk miskinnya banyak. Yang ditakutkan adalah jika tiap daerah berlomba menjual kemiskinan demi mendapatkan bantuan.

"Jika ada reward bagi kades yang bekerja dengan baik. Lantas bagaimana jika bantuan tersebut tidak tepat sasaran. Apakah mereka juga akan mendapatkan punishment?" tanya Mamiek.  Tentu saja ada punishment, tapi saat ini sedang dirumuskan. Kuncinya ada pada validasi data, by name by address secara berkala. Pergerakan orang miskin itu dinamis. Bisa jadi saat ini dia miskin, 2 bulan kemudian dia dapat bantuan modal usaha lalu jadi kaya. Gerakan yang dinamis ini butuh pencermatan pemerintah desa dan dinas terkait. Kita perlu berlatih untuk memotret pergerakan penduduk miskin dan yang sudah lepas dari kemiskinan, atau bahkan warga yang semula mampu berubah jadi miskin. (Humas).



Berita Terkait

Bagikan Artikel :