Bupati Nilai Pemuda sebagai Pribadi Penyampai Ide yang Potensial
Selasa, 18 Juni 2013
BANYUWANGI – Baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya. Sampai-sampai untuk menggambarkan betapa berharganya pemuda sebagai aset bangsa, Presiden Sukarno, sang founding father pernah mengatakan,”Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia.” Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas juga punya pendapat yang sama soal pemuda. Orang nomor satu di Banyuwangi itu menilai pemuda sebagai pribadi penyampai ide yang potensial.
Ketika membuka lomba da’i antar remaja masjid (remas) se-Kabupaten Banyuwangi, Selasa (18/6), Bupati Anas mengatakan, anak-anak muda perlu didorong untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Salah satunya dengan mengikuti lomba da’i ini. Sebab menurut Bupati, ada orang pandai dan punya gelar profesor doktor, tapi ketika menyampaikan pesannya, terasa tidak enak didengar. Sehingga substansi yang dijelaskannya tak sampai pada masyarakat.
“Namun jangan hanya sekedar melontarkan ide. Dalam berceramah atau berorasi, pembicara perlu menggali lebih dalam konten yang akan disampaikannya,”pesan Bupati yang juga menghimbau peserta agar membantu pemerintah, menyisipkan program-program pembangunan dalam ceramahnya. Bupati Anas dalam kesempatan itu juga menceritakan pengalamannya pada peserta lomba da’i. Semasa duduk di bangku sekolah, Bupati Anas sering mengikuti lomba pidato. Salah satunya yang paling berkesan adalah ketika kuliah di Universitas Indonesia semester II, Bupati Anas pernah menjadi juara pidato antar perguruan tinggi se-Indonesia.”Juara bukan orientasi, tapi yang terpenting adalah bagaimana wawasan kita terasah, sekaligus mempererat silaturrahim antar remaja masjid,”tandas Bupati memotivasi.
Lomba da’i yang digelar oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuwangi ini diadakan di halaman kantor Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Radio Blambangan FM. 48 peserta dari 24 kecamatan se-kabupaten Banyuwangi diwajibkan memilih salah satu tema yang berkaitan dengan peran pemuda sebagai materi pidatonya. Antara lain peran pemuda dalam pemberantasan HIV/AIDS; penyalahgunaan narkoba; pembinaan karakter kewirausahaan; dan peran pemuda dalam menurunkan angka perceraian.
Ditanya kesannya soal lomba da’i ini, salah seorang peserta asal Kecamatan Tegalsari, Muhammad Niija Fariqi mengatakan kegembiraannya. “Saya senang bisa berkompetisi di ajang yang mencerdaskan ini. Apalagi disini bisa ketemu dengan teman-teman dari kecamatan lain yang juga mampu mengemas materi dengan retorika yang menarik,”ujar mahasiswa semester II Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam, Blokagung ini. Ke depan, Fariqi yang berharap bisa menjadi juara di ajang ini, berkeinginan acara semacam ini bisa rutin digelar di Banyuwangi. (Humas & Protokol)