Bupati Kembali Dialog Dengan Kalangan Muda

Kamis, 27 Oktober 2011


BANYUWANGI–Mengedepankan dialog dengan berbagai elemen untuk memperoleh berbagai masukan rupa-rupanya akan menjadi tradisi Bupati Abdullah Azwar Anas. Setelah beberapa waktu waktu lalu berdiskusi dengan berbagai Organisasi Kepemudaan dan Badan eksekutif Mahasiswa (BEM) se Banyuwangi, giliran kini Bupati membuka ruang dialog dengan Kaukus Muda Banyuwangi (KMB) di Hotel Ikhtiar Surya, Rabu (26/10), dalam diskusi publik bertajuk “Menuju Banyuwangi Yang Lebih Baik (Banyuwangi Dalam Perspektif)”.

Kehadiran bupati sebagai salah satu nara sumber dalam diskusi tersebut tak disia-siakan oleh peserta yang kebanyakan adalah kalangan muda. Mereka saling berebut bertanya tentang arah dan kebijakan pembangunan Banyuwangi ke depan Bupati Anas. Seperti yang dilontarkan oleh salah satu peserta, Reza yang berpendapat bahwa Banyuwangi tidak punya main frame yang jelas kemana akan diarahkan, mau ke pariwisata atau agrobisnis. “Kecenderungannya, ganti pemimpin ganti kebijakan. Kalau bisa, kemana arah Banyuwangi harus terbaca jelas hingga 2030,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, Bupati menjelaskan bahwa main frame pembangunan bisa diakses melalui situs pemkab, di sana dijabarkan lengkap rencana pembangunan Banyuwangi ke depan, termasuk rencana pembangunan jangka panjang Banyuwangi hingga 2025.

Berbagai pertanyaan terkait pembangunan Banyuwangi silih berganti dilontarkan oleh peserta. Mulai dari masalah relokasi PKL di Taman Sri Tanjung hingga kekhawatiran proyek besar yang akan dilakukan Bupati Anas, seperti pengadaan sapi perah hasil kerja sama dengan Nestle. Penanya tersebut tidak ingin nasib program sapi perah setali tiga uang dengan proyek pendirian pabrik gula yang dulu didengungkan oleh Bupati Ratna namun tidak tidak jelas juntrungannya hingga sekarang. Berbagai pertanyaan tersebut berusaha dijawab dengan gamblang oleh Bupati Anas.

Selain menjawab berbagai pertanyaan peserta, Bupati juga menjelaskan permasalahan yang dihadapi Banyuwangi sendiri, yakni luasnya wilayah Banyuwangi. Dijelaskannya, salah satu kelemahan Banyuwangi adalah letak geografisnya yang saling berjauhan satu sama lain. Hal ini membuat investor kurang tertarik masuk lantaran jauh dari pusat propinsi, Surabaya. “Untuk memutus mata rantai tersebut ya dengan cara membuat bandara untuk mempersingkat waktu. Ini mempermudah investor masuk ke Banyuwangi," jelasnya.

Dalam acara yang diadakan sebagai peringatan HUT ke-dua KMB ini juga dilaunching situs Kaukus Muda yang ditandai dengan penekanan tombol enter oleh bupati, diikuti semua peserta pada laptop masing-masing. Harapan Bupati terhadap KMB ini agar bisa bersinergi dengan pemkab dan  bersama membangun citra positif masyarakat Banyuwangi, sesuai dengan mottonya, Kritis Berimbang.

Diskusi tersebut selain menghadirkan bupati selaku nara sumber juga menghadirkan beberapa nara sumber, diantaranya Drs. Subur Bahri,Msi Dosen Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) Banyuwangi, Elok sebagai wakil LSM sekaligus peneliti plantation dari Jember, dan Taufik WR, budayawan muda Banyuwangi. (HUMAS PROTOKOL)

.



Berita Terkait

Bagikan Artikel :