Datangi Siswi Putus Sekolah, Bupati Ipuk: Stop Bullying

Kamis, 6 April 2023


Banyuwangi – Persoalan anak putus sekolah ternyata tidak hanya berkutat soal biaya. Ada banyak faktor lainnya yang bisa membuat seorang pelajar enggan untuk melanjutkan pendidikannya. Seperti halnya seorang siswi yang berasal dari Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari.

Pelajar perempuan berinisial ML itu, memutuskan untuk tak lagi sekolah dalam dua bulan terakhir. Siswi kelas sembilan di salah satu sekolah swasta itu, mengaku tak percaya diri karena kerap dirundung oleh kawan-kawannya.

“Diejek sama teman, malu,” akunya ketika ditanya oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat menjenguknya di rumahnya yang sederhana, Selasa (4/4/2023).

Kondisi ekonomi keluarganya yang terhitung pra sejahtera itu, membuatnya minder. Lebih-lebih dengan kondisi kedua orangtuanya yang mengalami sakit. Perpaduan dua hal tersebut, menyebabkannya tak memiliki kepercayaan diri di sekolahnya.

“Sudah dua bulan ini, saya tidak kembali ke sekolah,” ungkap siswi berparas manis tersebut.

Mendengar pengaduan demikian, Ipuk memotivasi ML untuk terus bersekolah. Bullying yang diterimanya tidak boleh merenggut masa depannya. “Kalau ada yang nge-bully lagi, laporkan ke guru. Jangan takut. Nanti Pak Guru-nya, saya bilangin agar menjaga kamu,” ungkap Ipuk.

Pada kesempatan tersebut, Ipuk juga mengimbau kepada seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk bahu-membahu menghentikan perundungan di lingkungan sekolah. “Stop bullying. Tidak boleh ada lagi perundungan di sekolah. Sekolah harus jadi tempat yang nyaman bagi anak-anak kita untuk belajar,” tegas Ipuk.

Untuk itu, ungkap Ipuk, pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi terus memperkuat berbagai program untuk mengikis tiga dosa pendidikan. Mulai dari bullying, kekerasan, hingga intoleransi.

“Kami terus dorong Dinas Pendidikan untuk memperkuat fungsi pendampingan guru melalui program Pojok Curhat di setiap sekolah. Selain itu, juga dilakukan Peran Parenting untuk meningkatkan kesepemahaman antara guru dan wali murid, serta berbagai upaya preventif lainnya,” tegas Ipuk.

Selain itu, Banyuwangi juga menyiapkan beragam program pembiayaan pendidikan guna membantu meringankan beban pendidikan. Mulai dari beasiswa kuliah, uang saku dan bantuan transportasi tiap hari untuk pelajar, hingga bantuan biaya hidup untuk pelajar rentan putus sekolah.

Untuk program uang saku, di mana pelajar SD mendapatkan Rp10.000 per hari, SMP Rp15.000 per hari, dan SMA Rp20.000 per hari. Demikian pula bantuan uang transportasi, para pelajar SD mendapatkan Rp10.000 per hari, SMP Rp15.000 per hari, dan SMA Rp20.000 per hari.

“Ini untuk menstimulus anak-anak agar tetap mau sekolah. Terkadang, meskipun biaya pendidikannya telah ditanggung, mereka tetap enggan ke sekolah karena selama di sekolah tidak punya uang saku. Sehingga mereka sulit bersosialisasi dengan teman-temannya. Malu, minder dan kemudian tidak mau sekolah,” jelas Ipuk.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Suratno memastikan bahwa siswi ML tersebut bakal kembali sekolah lagi. “Kami akan melakukan pendampingan secara intens agar adik ML ini bisa kembali sekolah,” pungkasnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :