Ditemukan Kasus DB, Dinkes Banyuwangi Imbau Warga Aktif Berantas Jentik Nyamuk
Senin, 11 Februari 2019
BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi gencar mengimbau warga untuk aktif melakukan tindakan pencegahan penyakit demam berdarah (DB). Apalagi setelah ditemukan 32 warga yang terjangkit DB di Banyuwangi.
Kepala Dinas Kesehatan dr. Wiji Lestariono mengatakan, di musim penghujan ini penyakit DB menjadi penyakit musiman yang menyertainya. Saat ini, kata dia, telah ditemukan 22 kasus DB pada bulan Januari, dan selama Februari muncul 10 kasus DB.
“Total sampai sekarang ada 32 kasus DB di Banyuwangi selama tahun 2109. Jumlah ini lebih rendah dari kasus tahun lalu sebanyak 38 kasus DB,” kata dr. Rio sapaan akrabnya.
Jumlah tersebut, terang dia, merupakan hasil laporan rumah sakit yang ada di Banyuwangi. Setiap ditemukan kasus pasien DB, RS wajib melaporkan kepada Dinkes.
“Rata-rata pasien menjalani rawat inap selama 3-5 hari dengan tingkat kesembuhan 100 persen. Kami berharap jumlah ini tidak akan bertambah. Untuk itu kami sangat berharap keterlibatan aktif segenap warga untuk menghindari DB dengan memberantas jentik nyamuk,” harap dr. Rio.
Dr. Rio menerangkan penularan DB terjadi karena gigitan nyamuk aedes agepty. Untuk itu cara untuk menghindarinya adalah dengan menghilangkan terjadinya penetasan jentik nyamuk tersebut. Salah satunya lewat gerakan 3M plus yakni menguras tempat yang sering menjadi penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum, pot bunga. Lalu menutup rapat-rapat tempat penampungan, dan memanfaatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DB.
“Sedangkan plusnya bisa dengan berbagai pencegahan seperti menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air, menggunakan obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamun, menggunakan kelambu saat tidur dan lainnya. Ini semua sangat butuh peran aktif dari setiap warga,” ujarnya.
Dinas Kesehatan sendiri, lanjut dr. Rio telah melakukan sosialisasi kepada warga, termasuk melibatkan kader PKK di setiap kelurahan untuk memberikan informasi kepada ibu-ibu di dasawisma masing-masing.
“Kami juga mengintensifkan pemeriksaan jentik berkala oleh petugas puskesmas. Seperti contohnya Puskesmas Kertosari Banyuwangi yang melakukan monitoring cek jentik satu rumah satu Jumantik (juru pemantau jentik). Mereka juga melibatkan anak sekolah sebagai jumantik cilik untuk ngecek jentik di sekolah dan di rumahnya masing-masing sebagai salah satu bentuk edukasi,” pungkas dr. Rio. (*)