Festival Kebaya Banyuwangi Tampilkan Desain Kebaya Moderen

Kamis, 6 Desember 2018


BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi kembali menggelar Festival Kebaya 2018 di lapangan tenis, GOR Tawangalun, Rabu (5/12). Festival yang mengangkat wastra khas nusantara ini memberikan sentuhan segar pada 100 desain yang ditampilkan. Desainer yang terlibat menghadirkan kebaya yang terkesan chic dan moderen.

Busana kebaya yag ditampilkan para peragawati tersebut merupakan karya dari desainer nasional yang tergabung dalam Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan 10 desainer lokal Banyuwangi. Busana kebaya yang casual, bernuansa muda dan glamour ditampilkan dalam desain–desain yang menawan.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan Banyuwangi konsisten untuk mengangkat kebaya selain batik khas daerah karena kebaya merupakan salah satu identitas busana khas masyarakat suku asli Banyuwangi yakni suku using. Kebaya juga merupakan pakaian khas nusantara yang banyak dipakai oleh daerah-daerah lain di Indonesia.

“Kebaya ini pakaian yang sangat dikenal masyarakat Indonesia. Even ini menjadi panggung bagi desainer lokal untuk memamerkan desain kebayanya ke khalayak yang lebih luas dan kami berharap mereka mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk memasarkan karya-kayanya,” ujar Bupati Anas.

Bupati Anas juga ingin busana kebaya bisa terus lestari dan semakin diminati oleh generasi muda. Ditengah gempuran tren busana asing seperti K-Pop yang melanda anak-anak muda, saatnya untuk kembali mengenalkan busana asli nusantara yang tidak kalah apiknya.

“Kita ingin kebaya terus lestari. Tinggal  bagaimana mengemasnya agar lebih menarik dan diminati generasi muda, seperti yang ditampilkan di panggung ini,” tutur Anas.

Pada peragaan busana ini, desain-desain kebaya ditampilkan dengan lebih segar, tidak monoton sebagaimana tampilan kebaya yang biasanya kental dengan nuansa tradisi. Salah satu desainer kondang Indonesia yang turut menampilkan karyanya, Priscila Saputro mengatakan berkebaya memang tidak harus dalam nuansa yang sakral, tradisional dan berat.

“Untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, outlook dari busana kebaya itu harus tampil berbeda. kebayanya tetap harus khas, tapi tampilannya bisa dipadupadankan, baik dengan pemilihan warna maupun kombinasi yang menyertainya. Saya ingin membawa masyarakat melompat keluar dari stigma kebaya  yang kuno sehingga anak-anak muda pun ingin untuk memakainya,” ujar Priscila.

Perancang busana Miss Universe ini sendiri menampilkan 10 karya busana kebaya glamour. Dia mengangkat konsep kebaya gaun. Dimana kebaya dipadukan dengan bawahan lebar dan outer panjang yang menambah elegan. Priscila juga memberikan padu padan warna yang begitu kaya. Tidak lupa pemberian obi, ikat pinggang khas jepang yang menambah kesan glamour pada tampilan kebayanya.

“Di kasih obi, sebagai kolaborasi adanya unsur asing, agar busana kebaya ini bisa dibawa hingga  ke kancah internasionall,” ujarnya.

Sementara itu desainer lokal Banyuwangi juga tidak ketinggalan memberikan suguhan busana yang apik pada peragaan busana tersebut. Salah satunya Eko Purwanto yang menampilkan tiga busana kebaya casual yang modern dan menawan. Eko memadukan kebaya dengan bahan bulu sebagai bawahan dan outer. Dia juga menambahkan aksesori topi yang menabah kesan modern dari busana yang di desainnya.

“Pemilihan bulu karena saya ingin memberikan busana kebaya yang modern dan hangat, menyesuaikan dengan muism penghujan yang saat ini berlangsung. Topi untuk mempertegas karakter wanita yang memang ingin saya tampilkan,” ujarnya.

Selain Eko juga ada Ocha Laros yang menampilkan enam koleksi kebaya untuk remaja. Ocha mendesain kebaya dalam nuansa segar denganwarga yang didominasi baby blue dan putih. Bawahan kebaya juga sangat bernuansa muda mulai celana panjang model pipa, celana 7/8, hingga rok pendek.

“Di even ini saya semakin bisa mengasah kreativitas yang saya miliki. Antar desainer juga bisa saling berbagi inspirasi dan menambah koneksi,” ujarnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :