Festival Kuwung, Warnai Puncak Peringatan Harjaba

Senin, 19 Desember 2011


BANYUWANGI - Sebagai puncak perayaan Harjaba, pemkab juga memberikan hiburan kepada masyarakat berupa Festival Kuwung. Dimana dalam Festival Kuwung ini, yang ditampilkan inti Budaya Banyuwangi. Ternyata tepat, puncak perayaan berlangsung khitmad dan efektif.

Seperti diketahui bersama tahun ini event penanda puncak perayaan Harjaba adalah Festival Kuwung, yang juga sama dengan tahun lalu. Meski begitu, dibanding tahun lalu Festival Kuwung yang digelar (Sabtu, 18/12) lebih bagus. Apalagi dibanding tahun-tahun  sebelumnya ketika bernama Festival Budaya. Dalam event kemarin banyak sekali perubahan terutama penampilan dan dan kostum pesertanya. Bahkan menurut pengamat Budaya Muda Banyuwangi, Samsudin Adlawi, perubahan pertama yang terlihat dari Festival Kuwung ini, adalah manajemen festivalnya.

Dikatakan Direktur Radar Jember dan Banyuwangi ini, pembagian penampilannya sudah jauh lebih efektif dibanding yang lalu. “Mungkin itu, sesuai arahan Bupati Abdullah Azwar Anas dalam rapat perdana Harjaba yang meminta lebih efektif waktunya ya,” ujarnya.

Ternyata prediksi banyak orang tepat, festival berakhir sebelum pukul 16.00 WIB, Bahkan selesainya juga tidak terasa. Karena, saat rombongan peserta terakhir melintas di depan tenda VIP, undangan tidak segera beranjak. Para undangan mengira festival belum selesai, padahal sudah habis.

Tak terasa pawai yang bertema gandrung, jaranan buto, dan jaranan cilik juga  atraksi jaranan  tiban, barong, kebo-keboan dan hadrah secara bergantian sudah melintas semua. Kenapa bisa begitu? Karena Kuwung kali ini berbeda  jauh dibanding kegiatan yang sama, lebih efektif dan tidak menjemukan. Sudah berbeda jauh dibanding tahun sebelumnya. Bahkan, kalau mau melihat desain kostumnya sudah lebih kreatif dan lebih eksploratif. Hal yang tidak ditemukan di pawai sebelumnya. Kreatifitas peserta dalam menampilkan produk unggulan daerahnya juga mengalami kemajuan. Misalnya, ada sekelompok pemuda yang menggotong perahu yang digoyang-goyang secara berputar-putar dalam fragmen petik laut Muncar. Perahu tersebut tampak sedang bergerak di atas ombak besar yang terus bergelombang.

Lalu ada dandang dan panci raksasa. Yang menarik lagi, penggambaran obyek wisata Pantai Sukamade yang menggambarkan cara penangkaran penyu. Dalam atraksinya tukik yang ditampilkan bukan gambar tukik, melainkan tukik-tukik yang diperankan anak-anak kecil yang dipunggung mereka memikul cangkang penyu yang telah dikreasi. Sesekali mereka menyelinap di ombak-ombak buatan yang putih dan ekstrim. “Sungguh ide yang brilian,” gumam Samsudin yang juga menyaksikan pawai dari tenda undangan.

Secara umum Festival Kuwung tahun ini sudah mengalami kemajuan kualitas. Perubahan dan perkembangan Festival Kuwung kali ini tentunya berkat kerja keras para seniman Bumi Blambangan. Para seniman terlihat sangat antusias ingin membangun daerahnya dengan terus belajar dan belajar. Bupati Abdullah Azwar Anas, mengatakan Festival Kuwung merupakan bukti kekayaan yang dimiliki Banyuwangi . Sementara itu festival kemarin diikuti 750 peserta . Mereka melintasi jalan A Yani- PB Soedirman, Jalan Susuit Tubun, Jalan Veteran dan finish di Gedung Wanita. (Humas dan Protkol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :