Gandrung yang Membanggakan Banyuwangi

Sabtu, 26 September 2015


BANYUWANGI - Gandrung memang sudah mengalir kuat di warga Banyuwangi. Pagelaran Gandrung Sewu yang melibatkan ribuan penari membuktikannya.

Siang itu, Gayatri Yogantari turun dengan lincahnya dari truk kepolisian yang mengantarnya bersama puluhan Gandrung lain. Dengan beralaskan kaos kaki, siswi SMPN 4 Rogojampi Banyuwangi itu tampak riang memasuki lokasi perhelatan Gandrung Sewu, Pantai Boom Banyuwangi. "Asyik juga ya naek truk. Gak panas," ujar Gayatri kepada temannya sembari membawa omprok (mahkota penutup kepala penari Gandrung).

Gayatri merupakan satu dari ribuan penari Gandrung yang tampil dalam Festival Gandrung Sewu. Sebuah pagelaran seni kolosal yang menampilkan 1.200 Gandrung menari di bibir Pantai Boom menjelang matahari terbenam pada Sabtu (26/9).

Gandrung Sewu merupakan agenda wisata tahunan yang masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival. Sebagai agenda tetap, maka setiap tahunnya dibutuhkan minimal seribu penari Gandrung.

Mengumpulkan ribuan Gandrung, ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Setiap tahunnya, ribuan pelajar selalu antusias untuk bisa berpartisipasi dalam event ini. Bahkan, untuk membendung animo yang tinggi dari pelajar, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pendidikan terpaksa menerapkan seleksi di setiap kecamatan.

Bahkan, bukan hanya pelajar yang ingin tampil, para orang tua siswa juga berebut agar anaknya bisa tampil di Gandrung Sewu. "Setiap tahun saya pasti didatangi ibu-ibu yang protes lantaran anaknya tidak lolos. Mereka sampai berujar berapa pun biayanya yang dikeluarkan, tidak masalah asal anaknya tampil," kata Budianto, salah satu tim seleksi.

Gandrung sewu memang menjadi cerita tersendiri bagaimana sebuah budaya mampu menggerakkan partisipasi rakyat. Mereka dengan semangat tinggi ingin ambil bagian dalam event budaya itu. Ribuan pelajar itu berlatih selama 3 bulan dengan sukarela. Mereka hanya diberi uang pengganti sewa baju.

"Lega sekali akhirnya saya kesampaian tampil di Gandrung Sewu jilid IV ini. Meski latihannya seminggu 3 kali seusai sekolah, tapi menyenangkan karena saat latihan bersama bisa bertemu dengan penari dari sekolah lain. Jadi nambah teman," kata Gayatri.

Dikatakan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Gandrung Sewu dirancang selain untuk mempromosikan Banyuwangi, juga untuk menumbuhkan kecintaan warga Banyuwangi akan seni dan budaya asalnya.

"Kami mencari cara bagaimana agar anak-anak penari diberi panggung yang istimewa. Karena selama ini mereka hanya tampil di desa saja. Tidak ada kebanggaan lebih, karena yang nonton hanya orang-orang di lingkungannya," kata Anas.

Berawal dari itu, di tahun 2012 Anas pun menggagas Gandrung Sewu. Event yang masuk rangkaian Banyuwangi Festival ini dikonsep cerdik dengan menampilkan seribu gandrung. Panggungnya tidak biasa, namun mereka menari di bibir Pantai Boom.

"Ide menampilkan ribuan Gandrung itu sukses menarik antusiasme. Penari-penari Gandrung ini merasa bangga ikut ambil bagian. Selain karena kemasan pertunjukannya yang unik, para penontonnya juga khalayak nasional. Menambah kebanggan mereka," kata Anas. (Humas Protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :