Haidar Bagir Rekomendasikan Banyuwangi Jadi Compassioned City

Selasa, 18 Maret 2014


BANYUWANGI - Empat hari berada di Banyuwangi, rombongan Yayasan Lazuardi Hayati mengungkapkan rasa senangnya bisa menginjakkan kaki di Bumi Blambangan ini. Beragam pesona Banyuwangi dan pengalaman baru mereka dapatkan di sini. Kegembiraan itu disampaikan oleh Dr Haidar Bagir, Ketua Yayasan Lazuardi Hayati saat bertemu dengan Bupati Abdullah Azwar Anas di Pendopo Shaba Swagata Blambangan, Senin malam (17/3).            

Pemilik sekolah SD-SMP Lazuardi Global Islamic School, Cinere, Jakarta itu mengaku terkesan, salah satunya  dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH)  Sri Tanjung dan Taman Blambangan yang dikunjunginya. "Di dua tempat itu saya melihat bagaimana orang-orang melewatkan kebersamaan bersama keluarga atau kawan-kawan dekatnya. Mereka bisa melakukan banyak hal bersama, seperti menemani anak bermain, olahraga, mengakses wifi, bahkan makan bersama keluarga,"paparnya.

Dari pemandangan yang ditemuinya tersebut, Haidar  mengatakan, Banyuwangi adalah kota pertama di Indonesia yang direkomendasikannya sebagai compassioned city (kota kasih sayang, Red). Haidar yang juga merupakan member dari Compassion Charter (Persetujuan tentang Kasih Sayang) yang digagas oleh Karen Amstrong menandaskan, ada 3 jenis compassion, yakni Compassioned Business, Compassioned School dan Compassioned City. Dan  Banyuwangi dinilainya pantas dinobatkan sebagai Compassioned City. "Ini saatnya  membalikkan kehidupan di kota-kota besar yang individualistik menjadi kota modern yang pro warga. Ini sudah sejalan dengan program Bupati Anas, hanya perlu disinergikan,"tandas Haidar.

Dengan menjadi Compassioned City, menurut Haidar, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat Banyuwangi. Keuntungannya yakni,pertama,  bagus untuk branding kota Banyuwangi, dan kedua, Banyuwangi bisa duduk bersama dengan jaringan (network) kota-kota Compassioned City lainnya (Kanada, beberapa kota di AS, dan  Afrika). Dengan begitu, Banyuwangi bisa belajar banyak program dari negara-negara tersebut. Misalnya tentang sustainability ekonomi pro rakyat yang makro hingga program terkecil.

Haidar mencontohkan seperti di Venezuela yang punya program 'Pending Meal'. "Jika kita memesan 'six fried chickens, three pending meals’ (6 ayam goreng, yang 3 dipending), itu artinya, yang 3 ayam goreng bisa kita makan, dan sisanya kita sumbangkan untuk orang miskin yang datang ke restoran itu. Apabila si miskin datang dan  menanyakan pada pihak restoran, "Is there any pending meals?", dan dijawab 'yes' oleh si pelayan, maka si miskin berhak mendapat makanan yang dipending tadi. Itu adalah salah satu bentuk dahsyatnya berbagi dengan sesama," urai Haidar.

Tak berhenti disitu, melihat sepak terjang Bupati Anas yang dinilainya inovatif,  suami  Lubna Assagaf ini juga memberi masukan pada Bupati Anas agar membukukan semua hal yang telah dibangun orang nomor satu di Banyuwang itu. Hal itu dimaksudkan, agar nantinya siapa pun yang menjadi penggantinya, bisa membaca  semua ide dan gagasannya, sekaligus menjadi pressure agar tidak merobohkan apa yang sudah dibangun di masa pemerintahan Bupati Anas dan sedapat mungkin bisa melanjutkannya.                                

Berdirinya sekolah Lazuardi di Banyuwangi ini diapresiasi positif oleh Bupati Anas. "Mudah-mudahan  Lazuardi jadi jawaban bagi banyak orang untuk memperbaiki kualitas SDM di Banyuwangi.  Masyarakat perlu terus didorong tentang pentingnya pendidikan. Tidak melulu soal penjejalan, tapi bagaimana hal itu bisa diterapkan dengan baik dengan melibatkan berbagai aspek,sehingga bisa memberi kontribusi bagi masa depan generasi muda di masa mendatang," harap bupati.

Bupati Anas, dalam kegiatan yang  didampingi pula oleh Ny Dani Azwar Anas, dan dihadiri pimpinan dan direktur Lazuardi Rahmat Riyadi dan  Lismar Rohimi, pakar pendidikan berbasis multiple intelligences  (kecerdasan ganda/majemuk-red) Munif Chatib, perwakilan  guru dan siswa-siswi SD-SMP Lazuardi Global Islamic School Jakarta, dan para pejabat komponen pemkab tersebut juga berjanji akan terus memacu inovasi baru di bidang pendidikan. Diantaranya setelah sukses dengan program Siswa Asuh Sebaya (SAS), juga akan ada program pemberantasan buta huruf. (Humas & Protokol)
 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :