Ijen Keluarkan Gas Beracun, Wisatawan BIsa Eksplore Destinasi Wisata Alternatif Lainnya

Kamis, 22 Maret 2018


BANYUWANGI - Tingginya curah hujan menyebabkan  gas beracun di Ijen meningkat. Itu sebabnya, Rabu malam kemarin (21/3),  dikabarkan puluhan warga yang tinggal di lereng Gunung Ijen,  diduga terkena gas beracun. 

Akibat hal itu, muncul kekuatiran dari para travel agent dan tour guide tingkat kunjungan ke Banyuwangi akan sepi. 

Menanggapi kejadian ini, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, MY Bramuda mengatakan,  wisatawan yang datang ke Banyuwangi tak perlu cemas. 

"Banyuwangi punya banyak destinasi   yang bisa dijadikan alternatif. Semuanya tidak kalah menarik," tandasnya, Kamis (22/3). 

Bramuda  menyebutkan beberapa destinasi wisata  alternatif yang menarik untuk dikunjungi. Mulai dari  Perkebunan karet Kaliklatak (Kaliklatak Rubber Plantation), meng-eksplore kopi di Desa Gombengsari,  menjelajahi Taman Nasional Alas Purwo, Meru Betiri, dan Pulau Merah.

Selain itu bagi pecinta  budaya Banyuwangi  juga bisa berkunjung ke Sanggar Genjah Arum di Desa Adat Kemiren. Bagi penggemar snorkeling dan diving, Bangsring Underwater juga sayang untuk dilewatkan, dan masih banyak lagi.

Bramuda mengatakan tidak ada alasan bagi travel agent untuk membatalkan itinerary-nya hanya karena Ijen tidak bisa didaki. "Jangan hanya karena Ijen sedang mengeluarkan gas beracun, kemudian kunjungan ke Banyuwangi stop. Destinasi lainnya juga tidak kalah menarik untuk didatangi," cetus Bramuda.

Sementara itu, dijelaskan Kepala Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Ijen, Bambang Heri Purwanto,  intensitas hujan yang tinggi selama Bulan Maret ini mengakibatkan gas beracun Karbon Monoksida (CO) meningkat. 

Sebenarnya, kata Heri,  peristiwa ini rutin terjadi tiap tahun dan membuat aktivitas pendakian di Gunung Ijen harus ditutup hingga kembali normal.

"Dua hari sebelumnya ada gempa vulkanik dangkal yang naik. Ini dipicu oleh curah hujan yang tinggi. Air danau yang  atas suhunya dingin sementara di bawah panas," ujar Bambang.

Setiap hari, kata Bambang, di Gunung Ijen memang selalu ada gas beracun, namun keadaannya dalam status normal atau tidak normal.

"Gas beracun di Gunung Ijen selalu ada. Cuma normal dan tidaknya saja. Saat ini dari pantauan kami sudah  normal," ujarnya.

Meski demikian, aktivitas pendakian di Gunung Ijen hingga saat ini masih ditutup hingga dipastikan aman. Sementara radius aman yang diperbolehkan sekitar 1 kilometer dari bibir kawah Ijen.

Dia menambahkan, sejak dua hari lalu, gempa amplitudo di kawah Gunung Ijen sebanyak 10 kali, dan meningkat 22 kali di hari berikutnya.

"Hari ini sampai pukul 07.00 WIB masih ada 12 kali gempa," terangnya.

Seismograf di PPAG Gunung Ijen hingga siang ini juga masih menunjukkan aktivitas getaran di permukaan kawah Ijen.

"Gempa masih bisa terus terjadi. Kalau kondisi normal biasanya hanya empat kali, tapi kita tidak perlu panik, karena pengaruh geotermal akibat curah hujan tinggi," jelasnya. (*)

 

[



Berita Terkait

Bagikan Artikel :