Ke Bangsring Underwater Banyuwangi, Menko PMK: ini Contoh Desa Wisata Inovatif

Jumat, 8 Maret 2024


Banyuwangi – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, berkunjung ke Wisata Bangsring Underwater, Banyuwangi, Kamis (7/3/2024). Didampingi Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah, selain melihat potensi wisata bahari, Menko juga berdialog dengan nelayan. 

“Ini contoh desa wisata yang inovatif. Selama ini kita beranggapan desa wisata itu selalu pedesaan. Destinasi ini merupakan contoh desa wisata yang bisa memaksimalkan potensi pantai di wilayahnya,” kata Menko Muhadjir.

Bangsring Underwater merupakan obyek wisata bahari berbasis edukasi dan konservasi. Kawasan pantai ini berkembang menjadi destinasi bahari dengan melakukan upaya-upaya konservatif, seperti penanaman terumbu karang, konservasi pantai, hingga penanaman mangrove. 

Menariknya, upaya konservasi ini dilakukan oleh nelayan setempat yang dulunya bisa dibilang sebagai "pengebom ikan". Hingga 2008, kelompok nelayan Samudra Bakti BESA memelopori langkah-langkah konservasi setelah mereka menyadari ekosistem laut di kawasan tersebut rusak.  

Saat ini, kawasan perairan Pantai Bangsring, telah menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Banyuwangi. Wisatawan bisa melihat kejernihan laut, snorkeling, hingga sekedar menikmati kawasan pantai yang rimbun dengan pohon cemara udang. 

Destinasi ini kini memiliki omzet Rp 450 juta per bulan. Pendapata Rumah Tangga Perikanan (RTP) juga meningkat dari yang sebelumnya Rp. 50 juta per tahun, menjadi Rp. 120 juta per tahun.

"Ini contoh yang bagus. Para nelayan yang semula cenderung menjadi perusak lingkungan, sekarang justru menjadi kekuatan positif untuk memulihkan keadaan. Tak sekadar pulih, tempat ini bahkan sekarang tumbuh menjadi pusat ekonomi kerakyatan yang bisa mensejahterakan masyarakat nelayan di sekitarnya,” ujar Menko PMK. 

Di lokasi, Menko berdialog dengan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Menko juga berkeliling melihat langsung berbagai kegiatan pemberdayaan nelayan. Termasuk pengolahan sampah laut menjadi bricket, bahan bakar, hingga produk kerajinan.

“Di sini kami melihat sampah bisa diolah menjadi positif. Ada sampah plastik yang dikonversi jadi bahan bakar, tinggal diperbesar volumenya saja.  Kalau permodelannya sudah bagus,” ujarnya. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :