Kunjungi Banyuwangi, Dirjen Kemenkeu: Daerah Ini Layak Diganjar DID Rp75 Miliar

Sabtu, 24 Februari 2018


 

BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi mendapatkan dana insentif daerah (DID) dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sebesar Rp75 miliar karena pengelolaan keuangan yang baik dan mampu meningkatkan kinerja peningkatan pelayanan publiknya. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kemenkeu Budiarso Teguh menilai Banyuwangi layak mendapatkan dana tersebut. 

“Setelah saya datang ke sini, memang layak jika Kemenkeu kasih reward Rp 75 miliar buat Banyuwangi. Di Banyuwangi ini, terlihat sekali pembangunannya dilakukan secara terencana dan ada arahnya,” kata Budiarso saat berkunjung ke Banyuwangi, Jumat (23/2).

Budiarso melanjutkan, Banyuwangi ditetapkan sebagai salah satu daerah terbaik pengelola keuangan daerah karena berhasil memenangkan tujuh dari sepuluh indikator. Yakni mulai dari keberhasilan penurunan angka kemiskinan, peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), pelayanan dasar bidang kesehatan, infrastruktur, penyelenggraan pemerintahan dan inovasi.

“Memang Kemenkeu tidak hanya bicara pengelolaan secara administratif, tapi juga dampak program pembangunan ke masyarakat. Imbas positif pembangunan harus terasa, rigid karena ada indikatornya, seperti peningkatan pendapatan per kapita dan penurunan kemiskinan. Dan itu terlihat di Banyuwangi,” kata dia.

Terkait pengelolaan keuangan pemerintahan desa, Budiarso mengapresiasi Banyuwangi yang memiliki program e-village Budgeting dan e-monitoring. Perencanaan keuangan desa terkoneksi dengan sistem perencanaan kabupaten, sekaligus ada pemantauan perkembangan pembangunan berbagai proyek yang ada di desa dengan memanfaatkan data geospasial. 

“Dan ini pekerjaan rumah buat Banyuwangi, untuk bisa melakukan pemerataan kemampuan semua perangkat desanya. Sehingga, aturan dari pusat tentang dana desa bisa cepat dipahami dan dilaksanakan dengan baik agar hasilnya tepat sasaran,” jelas Budiarso.

Selama di Banyuwangi, Budiarso menyempatkan diri mengunjungi Mal Pelayanan Publik yang mengintegrasikan 150 jenis perijinan dalam satu lokasi. “Saya nanya ke beberapa pengunjung, semua mengatakan puas dengan pelayanannya. Mulai dari yang urus Akta Lahir, KTP, bahkan izin bidang kesehatan. Semua senang memanfaatkan layanan ini,” kata Budiarso.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan bahwa Banyuwangi telah menjadikan desa sebagai ujung tombak pelayanan pemerintahan. Program itu dibangun dalam sebuah payung “Smart Kampung”. 

“Kini, sudah banyak wewenang yang mulai kami limpahkan ke desa. Desa sudah kami ajak sinergi untuk mengentaskan masalah pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan warga. Bedah rumah, anak putus sekolah, warga sakit sudah harus menjadi tanggung jawab desa untuk penanganannya, karena kami telah menyediakan berbagai program untuk masalah tersebut,” kata Anas. (*)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :