Menang di Banyuwangi, Rebellin Ingin Banyak Pembalap Eropa Jajal Ijen

Minggu, 1 Oktober 2017


 

BANYUWANGI — Dominasi pembalap Italia Davide Rebellin (Kuwait-Cartucho) di International Tour de Banyuwangi Ijen (ITDBI) 2017 benar-benar tak bisa dihentikan. Setelah meraih yellow jersey, tanda pimpinan lomba, sejak etape pertama, pembalap 46 tahun tersebut tak tergoyahkan.

Hingga etape empat yang berlangsung pada Sabtu, 30 September, Rebellin tetap berkuasa di puncak klasemen. Mantan pembalap Pro Tour bersama tim Liquigas (sekarang Cannondale) tersebut memang hanya bertahan di dalam rombongan besar alias peloton. Namun, itu sudah cukup untuk mengamankan posisinya. Sebab, keunggulan 46 detik dari pesaing terdekatnya, Amir Kolahdouzhagh, tak bisa dikejar lagi. 

Karena itu, meski duo Pishgaman, Arvin Moazamigodarzi dan Ali Khademi, melakukan breakaway saat balapan memasuki sirkuit kota, Rebellin tak merespons. Sebab, Amir Kolahdouzhagh, bertahan bersama dia dalam rombongan besar. 

Rebellin mengatakan, kemenangan di ITDBI 2017 adalah kemenangan besar bagi dirinya. Meski sudah malang melintang di grand tour (ajang balap sepeda paling bergengsi di dunia) dan ajang classics (balapan satu hari yang sudah digelar sejak seratusan tahun lalu di Eropa), victory di ITDBI tak bisa dianggap remeh. 

“Usia saya yang sudah 46 tahun, saya hanya fokus pada balapan-balapan yang sesuai karakter saya. Yakni ajang balapan satu hari (one-day race) dan ajang classics. Tapi kemenangan di Banyuwangi membuat saya bisa membuktikan bahwa saya masih bertaji di ajang tour,” katanya. 

Kemenangan di Banyuwangi juga membuka mata Rebellin bahwa ajang balap sepeda di Asia tak kalah dengan Eropa. Terutama bagi dirinya yang menghabiskan hampir seluruh karirnya di benua biru tersebut. “Saya jadi lebih semangat lagi untuk meraih kemenangan yang sama di Asia Tour,” katanya.

Prestasi Rebellin di ITDBI 2017 memang terasa sangat personal. Sebab, tahun lalu dia hampir saja “gantung sepeda”. Saat itu dia kesulitan mencari tim yang bisa menerimanya. “Rasanya semua pintu tertutup bagi saya,” kata pemenang etape di Giro d’Italia (salah satu grand tour) dan mengenakanmaglia rosa (jersey tanda pemimpin lomba) selama 6 hari tersebut. 

Padahal, Rebellin sudah menganggap cycling menjadi bagian dari hidupnya. Hingga akhirnya tim baru Kuwait-Cartucho membuka pintunya untuk dia dan membawanya menjelajahi tur-tur di Indonesia. Sebelum tampil di ITDBI, Rebellin sempat menjajal Tour of Flores meski tak meraih gelar juara. “Saya cuma berpikir, selama saya bisa bersaing, saya akan terus bersepeda,” katanya. 

Pilihan Rebellin untuk bertahan di balap sepeda tak salah. Di etape satu ITDBI 2017, dia meraih kemenangan dan langsung meraih yellow jersey. Kemenangan awal itu rupanya yang membawanya bablas hingga menjadi juara umum alias general classification

“ITDBI membuat saya membuka mata pada Asia. Balap sepeda benar-benar menjadi olahraga global dan Banyuwangi menjadi salah satu arena utama balap sepeda di Indonesia. ITDBI berlangsung tertib dan sangat terorganisir. Kualitas balapan akan terus meningkat karena para pembalap Eropa bakal berdatangan ke sini,” katanya. 

Tahun depan, Rebellin akan kembali datang untuk mempertahankan gelarnya. “Saya pasti kembali ke Banyuwangi! Sepertinya, karir saya di balap sepeda bakal lebih panjang lagi,” katanya lantas tersenyum.

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :