Mepe Kasur Bareng, Tradisi Khas Using Kemiren

Jumat, 28 Oktober 2011


BANYUWANGI- Tradisi masyarakat Using Desa Kemiren, Kecamatan Glagah sungguh beragam, mulai  dari  selamatan bersih desa hingga mepe (jemur, red) kasur ada di sana. Karenanya tak berlebihan jika Bupati Abdullah Azwar Anas  mengajak awak jurnalis dari berbagai media, untuk menyaksikan dari dekat warganya dalam melestarikan Budaya, Kamis (27/10).

Sejauh mata memandang arah barat Desa Kemiren, tampak di setiap depan rumah penduduk berjajar rapi jemuran kasur berwarna dasar hitam dan bergaris merah. Pemandangan itu mengisyaratkan betapa rukun dan guyubnya warga desa tersebut. Hal yang tak kalah menarik, para pemukul jemuran kasur dengan penebah tersebut para mbah-mbah. Menurut sesepuh Desa Kemiren, Djohati Timbul, tradisi mepe kasur itu memiliki filosofi yang sangat berarti.Mengapa warna hitam? Hitam memiki arti langgeng, tentrem dan ayem. Sedangkan warga merah dari kasur tersebut berarti semangat.

Tradisi ini, kata Djohati dilaksanakan, tiap satu tahun sekali menjelang hari raya Idul Adha.  Mepe kasur ini dmaksudkan guna membersihkan desa sekaligus sebagai tolak bala. “Ini kepercayaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang kami,”ujarnya.

Selain mepe kasur, sebagai ritual lanjutan guna membersihkan desa, warga masih harus menggelar selamatan di Kuburan Buyut Cili dan arak-arakan barong Kemiren dimulai setelah sholat ashar, yang diteruskan dengan pawai obor dengan menggunakan daun kelapa kering (blarak, red) di seluruh desa. Sebagai puncaknya, warga menggelar selamatan dengan tumpeng sewu. Tumpeng sewu disini kata Djohati, bukan tumpengnya seribu, melainkan tiap rumah membuat tumpeng pecek pithik (ayam, red) sesuai jumlah anggota keluarga untuk selamatan bareng setelah sholat Magrib. Menariknya, untuk acara selamatan kampung ini warga harus menggunakan oncor. Hal tu dimaksudkan kata Djohati, untuk meminta selamat dan kesejahteraan. “Lha untuk penutup acara bersih deso, di balai desa digelar pentas barong Kemiren semalam suntuk,” tutur Djohati.

Sementara itu Bupati Abdullah Azwar Anas, mengaku takjub dengan budaya masyarakat Kemiren yang unik ini. Bupati juga sempat beramah tamah dengan masyarakat di sana.  “Ini salah satu wisata budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Termasuk di dalamnya ada nilai-nilai rukun guyubnya,” tutur Bupati. (Humas & Protokol)



Berita Terkait

Bagikan Artikel :