PAMERAN BENDA PUSAKA SEBAGAI WUJUD NYATA PELESTARIAN BUDAYA

Rabu, 14 Desember 2011


Banyuwangi - Berawal dari sebuah organisasi paguyuban penggemar pusaka yang didirikan pada tahun 2000 hingga saat ini berkembang menjadi tujuh komonitas perkerisan. Kegiatan dari masing masing komunitas memiliki karakter yang berbeda satu sama lain, tetapi semua berada pada basis yang sama yaitu dalam bingkai Pelestarian dan Pengembangan Budaya. Spesifikasinya pada perkerisan, tradisi atau modern, bendawi atau non bendawi.  Di Banyuwangi keris blambangan kuno sudah boleh dikata hampir punah, hal ini diakibatkan karena korosi dan kurang perawatan sehingga keris keris kuno tersebut menjadi tidak utuh lagi dan rusak. Selain itu juga tidak menutup kemungkinan karena pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, maka keris kuno juga termasuk komodite perdagangan yang sudah berjalan sejak dulu secara terus menerus tanpa bisa dikendalikan.

Hal ini menggugah Pecinta Keris Blambangan berkreativitas mengembangkan keris blambangan gagrak anyar atau juga disebut Keris Blambangan Kamardikan, dengan menggelar Pameran Benda Pusaka yang diadakan pada tanggal 14 hingga 18 Desember 2011 adalah sebagai wujud nyata pecinta Keris untuk Pelestarian dan Pengembangan Budaya. Pameran benda Pusaka ini digelar di Peringgitan Aula Dinas Pariwisata kabupaten Banyuwangi. Acara yang di hadiri oleh Sekretaris Kabupaten Drs. Ec. Sukandi,MM dan para seniman, budayawan yang ada di kabupaten Banyuwangi.

Panitia Pameran Pusaka dan Benda bersejarah Thomas Racharto mengungkapkan, Pameran yang degelar kali ini adalah membabarkan sebanyak 14 keris blambangan karya baru yang berpedoman pada ciri ciri keris blambangan kuno, yang menarik adalah keunikan nama nama keris blambangan kamardikan yang sebagian besar diberi nama yang sudah populer di Banyuwangi, misalnya : Prabu Tawang Alun, Santet, Gagak, Sayu Wiwit, Minak Jinggo dan Macan Putih serta masih banyak lagi karya karya lainnya, jelasnya. Racharto menambahkan,apabila dipandang dari sudut pandang berbeda, pastilah ada kekurangannya. Namun untuk melihat sisi kekurangan tersebut adalah mengimbanginya dengan berkarya dan berkreativitas sehingga mampu membuahkan hasil yang lebih baik, ungkap Racharto.

" Kedepan akan dibabar keris Blambangan kamardikan yang ke 15. Keris tersebut diberi nama " Sabuk Mangir " yang merupakan sebuah keris lurus, mengandung filosofi Tegas / fokus kepada kebenaran, kebaikan,dan kejujuran.Ukuran panjang 33 cm condong leleh 88 derajat yang menunjukkan sifat andhap ashor atau tidak sombong. Semu gilig dan agak tebal kuat sebagai kepribadian yang kokoh ", tambah Racharto.  Keris  Sabuk Mangir  ini bukan berarti  mantra mantra pengasihan sebagaimana ajian sabuk mangir yang mana jika terkena lawan jenisnya maka akan bertekuk lutut menerima cinta kasih dalam percintaannya. Keris Sabuk Mangir ini lebih mempunyai makna Kharisma yang kuat, saat pengerjaannya pun dilakukan oleh seorang Empu yang profesional, sehingga mampu menghasilkan  keris yang sangat cantik, anggun dan berwibawa. Musuh utama kita adalah kebodohan dan  Kemiskinan yang harus kita perangi, hanya dengan kekuatan bathin yang kenceng semua akan teratasi, tambahnya.  ( Humas dan Protokol )          



Berita Terkait

Bagikan Artikel :