Ratusan Siswa Sekolah Inklusi Unjuk Kebolehan dan Potensi Diri

Rabu, 5 September 2018


BANYUWANGI – Ratusan anak terlihat bergembira sejak pagi hingga sore hari di areal depan Taman Makam Pahlawan Wisma Raga Satria Banyuwangi, Rabu (5/9). Mereka adalah anak-anak yang bersekolah di sekolah inklusi se-Kabupaten Banyuwangi. Hari ini Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi menggelar berbagai acara yang melibatkan mereka. Ini sekaligus menjadi ajang unjuk kebolehan atas berbagai potensi yang dimiliki anak-anak tersebut, sekaligus menjadi hiburan bagi mereka.

Satu per satu, masing-masing  sekolah inklusi, mulai dari tingkat PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA menampilkan kepiawaian siswanya. Ada yang menari, menyanyi, menampilkan pencak silat perorangan maupun beregu. Juga ada mewarnai, melipat dan main plastisin bagi anak-anak PAUD dan TK. Tanpa malu-malu, semuanya menampilkan yang terbaik.

Salah satunya adalah 16 siswa dari PAUD Cerdas. Dengan semangat mereka menyanyikan lagu anak-anak berjudul ‘Bangun Pagi’ sambil jari-jemarinya memainkan bahasa isyarat sesuai dengan lirik lagu yang dibawakan. Yang membuat hati tersentuh adalah 4 orang di antara mereka adalah anak berkebutuhan khusus. Jika dilihat sepintas, hanya satu anak yang duduk di kursi roda. Namun manakala mereka bergerak meninggalkan panggung, baru terlihat sesuatu yang berbeda.

Umihani, salah seorang pengajar PAUD Cerdas mengatakan, beberapa siswa yang belajar di PAUD Cerdas ada yang berkebutuhan khusus. “Ada 4 orang siswa kami yang tergolong Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dua orang mengalami cerebral palsy, satu anak mengalami space delay dan satu lagi tuna grahita. Dengan bersekolah di sekolah inklusi, mereka mengajarkan kawan-kawannya yang normal untuk saling berempati dan peduli,” tutur Umihani.

Cerebral Palsy adalah kondisi dimana terdapat gangguan pada otot dan saraf sehingga mempengaruhi gerak, keseimbangan dan postur tubuh. Space delay yakni hambatan dalam berkomunikasi. Sedangkan tuna grahita atau retardasi mental adalah keterbelakangan mental.

Meski demikian, ke-4 ABK tersebut sangat diistimewakan oleh kawan-kawannya. Tak terlihat mereka mem-bully ( menghina) sang kawan yang berkebutuhan khusus. Yang ada adalah saling membantu dan mendahulukan kawannya. Tak jarang  pula  yang mendorongkan kursi roda temannya.

Salah seorang siswi yang menderita cerebral palsy, Syahira Tadzkiyaturrohmah (9) tampak sangat nyaman berada di tengah teman-temannya. Mulutnya juga bergerak-gerak membawakan lagu dan jemarinya menggerakkan bahasa isyarat sesuai kemampuannya. Bibirnya juga tak henti menyunggingkan senyum tiap kali ada yang menyapanya.

Sang bunda, Suryami mengaku, putrinya banyak mengalami perkembangan semenjak bersekolah di PAUD Cerdas. “Dia sudah mulai bisa bersosialisasi. Tidak lagi takut jika berada di kerumunan atau melihat orang baru. Dia juga belajar menggerakkan tangannya dengan menulis atau makan sendiri, padahal dulunya sulit sekali,” tutur Suryami.

Kegiatan yang digelar di depan Kantor Pemkab Banyuwangi ini sengaja digelar Dinas Pendidikan agar sekolah inklusi bisa menunjukkan segala potensinya pada khalayak luas. Termasuk potensi yang dimiliki ABK-nya. “Kami menggelar kegiatan ini untuk menunjukkan pada masyarakat luas bahwa ABK juga bisa berdampingan dengan anak normal lainnya. Mereka juga berhak mendapatkan kesempatan yang sama dan pendidikan dengan kualitas yang baik pula,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiyono.

Dijelaskan Sulihtiyono,  Pemkab Banyuwangi punya program  ‘Agage Pinter’ yakni program inovasi yang mendidik ABK dengan mudah, murah, mutu dan merata. ‘Agage Pinter’ dalam bahasa lokal Banyuwangi (bahasa Osing) berarti ‘cepat pintar’.

Program ini merupakan wujud komitmen Pemkab Banyuwangi yang ingin terus  mewujudkan pendidikan inklusi. Saat ini terdapat 270 sekolah inklusi di Banyuwangi, di mana semua pelajar bisa bersekolah di tempat tersebut tanpa memandang keterbatasan fisik.

Banyuwangi sejak 2014 telah mendeklarasikan gerakan pendidikan inklusi di mana semua sekolah wajib menerima semua anak tanpa terkecuali, termasuk anak penyandang disabilitas dan anak berkemampuan khusus.

“Ini merupakan  upaya kami memberikan kesempatan pendidikan yang sama. Anak berkemampuan khusus bisa bersekolah bareng dalam satu kelas di sekolah yang sama, mempelajari mata pelajaran yang sama dan mengikuti semua kegiatan di sekolah tanpa ada diskriminasi,”tandas Sulihtiyono.

Keseriusan Pemkab Banyuwangi mengurus sekolah inklusi ini ditunjukkan dengan peningkatan kapasitas guru dan sarana-prasarana di sekolah yang terus ditingkatkan. Total saat ini ada lebih dari 200 guru  yang mempunyai kompetensi sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus. Mereka yang mengajar di berbagai sekolah inklusi mulai dari PAUD hingga tingkatan SMA/SMK/MA telah melalui pendidikan yang disyaratkan.

Diselenggarakannya pendidikan inklusi di sekolah umum, kata Sulihtiyono, adalah bagian dari upaya mewujudkan masyarakat yang inklusif. Sebab, lanjutnya, idealnya, anak berkemampuan khusus memang harus mendapat pendekatan berbasis masyarakat. “Artinya mereka melebur bersama, bukan dikotak-kotakkan, misalnya harus bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Kami secara bertahap nantinya semakin memperbanyak sekolah inklusi,” pungkasnya. (*)


 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :