Terkesan Progress Banyuwangi, Pemkab Jayapura Lakukan Kunjungan

Kamis, 15 Maret 2018


BANYUWANGI – Terkesan dengan berbagai progress Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Jayapura mengunjungi kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini, Rabu (14/3). Dipimpin Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura, Yerry Ferdinand Dien, rombongan diterima Sekda Kabupaten Banyuwangi, Djadjat Sudradjat di Kantor Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.

Sekda Jayapura, Yerry Ferdinand Dien yang datang bersama 21 anggota rombongan mengaku ingin menggali sebanyak-banyaknya dari Banyuwangi.

“Kami sangat tertarik untuk belajar tentang  aplikasi yang dimiliki Banyuwangi. Kami banyak mendengar bahwa semua sistem yang ada di Banyuwangi semuanya telah terintegrasi dengan TI,” ujar Yerry.
Bahkan, lanjut Yerry, penggunaan TI tersebut juga telah digunakan pada kegiatan musyawarah rencana pembangunan (musrenbang), penganggaran, pengadaan hingga aset.
“Kami ingin tahu kiatnya, bagaimana bisa mengintegrasikan hal tersebut secara menyeluruh. Kami penasaran bagaimana Banyuwangi bisa membangun jaringannya. Termasuk mengintegrasikan desa-desa di Banyuwangi dengan TI,” kata Yerry.
 

Selain itu, ujar Yerry,  kunjungan ini juga dimanfaatkan pihaknya untuk melihat langsung sejumlah inovasi yang telah dibuat Banyuwangi, salah satunya yang menonjol adalah layanan publiknya.

“Kami sering dengar inovasi pelayanan publik di Banyuwangi bagus, untuk itu kami sengaja ke sini melihat dari dekat pelayanan publik yang sesungguhnya. Ternyata, bukan hanya marketing dan promosinya yang bagus, pelayanan publik di Banyuwangi ini benar-benar bagus dan bisa jadi contoh bagi daerah lain,” tandas Yerry.

Menurutnya, pelayanan publik yang diterapkan Banyuwangi  merupakan inovasi suatu layanan publik yang mampu memberikan kemudahan dan percepatan pelayanan bagi masyarakat.

Sekda Banyuwangi, Djadjat Sudradjat  mengaku, untuk membangun sistem yang terintegrasi dengan TI awalnya tidak mudah. “Di awal kami juga mengalami kesulitan. Uji coba pelaporan anggaran, pengadaan, hingga  aset mulanya kami buat per tri wulan. Namun secara bertahap, kami mengubahnya menjadi per bulan. Perlahan-lahan semua SKPD akhirnya bisa menyesuaikan diri,” tutur Sekda Djadjat.
Sementara untuk desa, lanjutnya, Banyuwangi  punya 189 desa. Dari 189 desa tersebut 115 diantaranya telah terkoneksi dengan fiber optic. Sisanya akan dituntaskan hingga akhir tahun ini. Sehingga nantinya seluruhnya terhubung dengan fiber optic.
Sekda Djadjat  menjelaskan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, menggagas program ”Smart Kampung”, yakni program pengembangan desa terintegrasi yang memadukan antara penggunaan TIK berbasis serat optik, peningkatan kualitas pelayanan publik, kegiatan ekonomi produktif, peningkatan pendidikan-kesehatan, dan upaya pengentasan kemiskinan. 
”Syarat Smart Kampung adalah ketersediaan TIK sebagai tulang-punggung percepatan pelayanan publik di tingkat desa, sehingga kita butuh fiber optic sampai ke desa-desa,” ujarnya.
Sebagai kabupaten terluas di Pulau Jawa, sambung Sekda Djadjat, jarak desa dan pusat kota di Banyuwangi bisa sangat jauh. Waktu tempuh dari desa terujung ke pusat kota bisa mencapai 3 jam. Luas Banyuwangi yang mencapai 5.700 kilometer persegi kerap membuat pelayanan publik banyak memakan biaya. Warga yang membutuhkan dokumen kependudukan harus menuju ke kantor kecamatan atau pusat kota yang cukup jauh lokasinya.
Dengan Smart Kampung, urusan itu diselesaikan di tingkat desa. Tapi, tandas Sekda Djadjat,  tentu butuh jaringan TIK yang kuat karena yang berjalan adalah datanya, bukan orangnya.
Percepatan pemasangan infrastruktur teknologi informasi ini, kata Sekda Djadjat, juga sebagai salah satu  cara pemerintah meningkatkan daya saing daerah, selain membangun infrastruktur jalan, jembatan, dan bandar udara. ”Infrastruktur TIK ini tidak hanya berfungsi untuk mempercepat pelayanan publik, tapi juga meningkatkan daya saing warga desa secara umum, karena bisa dimanfaatkan untuk belajar, berbisnis, menambah jejaring, dan sebagainya,” pungkas Sekda Djadjat. (*)

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :