Tertarik Cara Kelola dan Kembangkan Pariwisatanya, Kabupaten Bojonegoro Belajar ke Banyuwangi

Selasa, 30 Januari 2018


BANYUWANGI – Kabupaten Banyuwangi menerima kunjungan Komisi C DPRD Kabupaten Bojonegoro, Senin (29/1).  Mereka tertarik untuk belajar terkait pengelolaan dan pengembangan pariwisata kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini.

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bojonegoro, Sally Atyasasmi mengatakan, potensi Bojonegoro pada dasarnya tak jauh berbeda dengan Banyuwangi . Bojonegoro dikenal sebagai daerah yang memiliki pertanian yang subur di sepanjang aliran Bengawan Solo, meski di sebelah selatan dan utara diapit oleh pegunungan kapur.

“Potensi yang dimiliki tempat kami inilah yang ingin kami angkat. Banyuwangi saja pertaniannya bisa menjadi destinasi wisata yang menjanjikan. Ini layak kami contoh,” ujar Sally yang datang bersama 11 anggota rombongan dari komisi yang sama.

Selain itu, Sally mengaku, berbagai terobosan yang dibuat Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terkait pengembangan wisata melalui penyelenggaraan berbagai festival juga layak diacungi jempol.

Bagi Sally, percepatan-percepatan yang dilakukan Banyuwangi ini pastilah tidak terlepas dari leader dan kekompakan birokrasinya. “Karena itu, kami jauh-jauh dari Bojonegoro ingin mengetahui secara pasti kebijakan-kebijakan yang dibuat Banyuwangi hingga bisa seperti sekarang ini.

Kepala Bappeda Kabupaten Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo saat menemui rombongan di Lounge Pelayanan Publik Kantor Pemkab Banyuwangi membeberkan, apa yang diraih Banyuwangi sekarang, tak serta merta didapat dengan mudah. Semuanya berproses.

“Sektor pariwisata menjadi salah satu pengungkit sektor lainnya yang saling bersinergi dalam menumbuhkan perekonomian Banyuwangi. Nah, dalam mengembangkan pariwisata, kami konsisten melakukan promosi daerah melalui event kreatif yang dinamakan Banyuwangi Festival. Di tahun 2017  ada 72 even yang digelar sepanjang tahun sebagai cara mengungkit kunjungan wisatawan. Sementara di tahun 2018, kami tingkatkan jumlahnya menjadi 77 event,” jelas Yayan.

Ditambahkan Yayan, penyelenggaraan festival-festival atau pemberian pelayanan publik di Banyuwangi selalu dilakukan secara keroyokan antar SKPD. Semua ego sektoral masing-masing SKPD ditanggalkan. “Sehingga pelaksanaan event-event bisa dikerjakan dengan tanpa menggunakan event organizer (EO) dari luar, cukup PNS,” ujarnya.

Terkait pengembangan obyek pariwisata, Yayan mengaku,  Banyuwangi tak meniru daerah lain. Cukup memaksimalkan potensi pariwisata yang ada. Seperti gunung, pantai, perkebunan, hutan dan persawahan menjadi destinasi yang siap dikunjungi wisatawan.

“Beberapa destinasi wisata kami benahi aksesnya, kecuali yang memang dikonsep adventure. Untuk akses ini, kami melengkapi infrastruktur pendukungnya. Seperti bandara dan  pembangunan jalan menuju akses wisata,” pungkasnya. (*)

 

 

 

 

 



Berita Terkait

Bagikan Artikel :